Patih Kerajaan Buleleng
Pada tahun 1848, pasukan Belanda menyerang Jagaraga dipimpin Jenderal Van der Wijk. Dua kali serangan Belanda dapat digagalkan oleh pasukan Buleleng yang dibantu pasukan dan kerajaan lain di Bali. Akhirnya, pada tahun 1849 Belanda mengerahkan kembali pasukan besar yang dipimpin Jenderal Michels. Berbekal pemahaman mengenai kondisi Jagaraga dan pertempuran sebelumnya, Belanda berhasil memenangi pertempuran. I Gusti Ketut Jelantik mundur ke Pegunungan Batur Kintamani. I Gusti Ketut Jelantik kemudian menuju Perbukitan Bale Pundak. Belanda yang terus mengejar kembali menyerang sisa pasukan I Gusti Ketut Jelantik yang melawan hingga beliau gugur dalam pertempuran.
Informasi Pribadi :
- Tempat/Tgl. Lahir : Bali, Tidak diketahui
- Tempat/Tgl. Wafat : Bali, April 1849
- SK Presiden : Keppres No. 077/TK/1993, Tgl. 14 September 1993
- Gelar : Pahlawan Nasional
I Gusti Ketut Jelantik adalah pahlawan nasional Indonesia yang berasal dari Karangasem, Bali. Ia merupakan patih Kerajaan Buleleng. Ia berperan dalam Perang Jagaraga yang terjadi di Bali pada tahun 1849. Perlawanan ini bermula karena pemerintah kolonial Hindia Belanda ingin menghapuskan hak tawan karang yang berlaku di Bali, yaitu hak bagi raja-raja yang berkuasa di Bali untuk mengambil kapal yang kandas di perairannya beserta seluruh isinya. Pada Kala Itu,Belanda Berusaha Memanipulasi Rempah Rempah Bali dan Melalui Pelayaran Hongi,Kapal Belanda Karam Di Bali.Kapal Tersebut Langsung Ditawan Oleh Kerajaan Buleleng.Ucapannya yang terkenal ketika itu ialah "Apapun tidak akan terjadi. Selama aku hidup aku tidak akan mengakui kekuasaan Belanda di negeri ini". Perang ini berakhir sebagai suatu puputan, seluruh anggota kerajaan dan rakyatnya bertarung mempertahankan daerahnya sampai titik darah penghabisan. Namun akhirnya ia harus mundur ke Gunung Batur, Kintamani. Pada saat inilah ia gugur.Setelah Dia Wafat,Perjuangan Raja-Raja Bali Mulai Mengalami Kemunduran.Seluruh Bali Dapat Dikuasai Dengan Mudah Hanya Bali Selatan Saja yang masih Melakukan Perlawanan.