Marthen Indey
Informasi Pribadi :
Pada tahun 1944, sekembalinya dari pengungsian di Australia selama tiga tahun, Marthen Indey ditunjuk sekutu untuk melatih anggota Batalyon Papua yang nantinya akan digunakan melawan Jepang. Setahun berikutnya, ia diangkat sebagai Kepala Distrik Arso Yamal dan Waris selama dua tahun. Marthen tetap melakukan kontak dengan para pejuang Indonesia yang pernah ditahan di Digul.
Pada tahun 1946, Marthen Indey bergabung dengan Komite Indonesia Merdeka (KIM) yang kemudian dikenal dengan sebutan Partai Indonesia Merdeka (PIM). Saat menjabat sebagai ketua, Marthen dan beberapa kepala suku di Papua menyampaikan protes terhadap Belanda yang berencana memisahkan wilayah Irian Barat dari wilayah kesatuan Indonesia. Akibatnya, Marthen di penjara selama tiga tahun di Digul.
Marthen Indey tak putus asa berjuang. Pada tahun 1962, Marthen ikut bergerilya membantu anggota RPKAD yang didaratkan di Papua selama masa Tri Komando Rakyat (Trikora). Di tahun yang sama, Marthen menyampaikan Piagam Kota Baru yang berisi mengenai keinginan kuat penduduk Papua untuk tetap setia pada Indonesia. Marthen lalu dikirim ke New York untuk ikut melakukan perundingan tentang pengembalian Irian Barat yang selama ini berada di bawah pemerintahan sementara PBB ke dalam wilayah kesatuan Indonesia.
Melalui perundingan tersebut, Irian Barat resmi bergabung dengan wilayah kesatuan Indonesia dan berganti nama menjadi Irian Jaya. Marthen lantas menjadi anggota MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara) sejak tahun 1963 hingga 1968. Tak hanya itu, ia juga diangkat sebagal kontrolir diperbantukan pada Residen Jayapura dan berpangkat mayor tituler selama dua puluh tahun. Beliau meninggal pada usia 74 tahun.
Informasi Pribadi :
- Tempat/Tgl. Lahir : Doromena, 14 Maret 1912
- Tempat/Tgl. Wafat : Papua, 17 Juli 1986
- SK Presiden : Keppres No. 077/TK/1993, Tgl. 14 September 1993
- Gelar : Pahlawan Nasional
Pada tahun 1944, sekembalinya dari pengungsian di Australia selama tiga tahun, Marthen Indey ditunjuk sekutu untuk melatih anggota Batalyon Papua yang nantinya akan digunakan melawan Jepang. Setahun berikutnya, ia diangkat sebagai Kepala Distrik Arso Yamal dan Waris selama dua tahun. Marthen tetap melakukan kontak dengan para pejuang Indonesia yang pernah ditahan di Digul.
Pada tahun 1946, Marthen Indey bergabung dengan Komite Indonesia Merdeka (KIM) yang kemudian dikenal dengan sebutan Partai Indonesia Merdeka (PIM). Saat menjabat sebagai ketua, Marthen dan beberapa kepala suku di Papua menyampaikan protes terhadap Belanda yang berencana memisahkan wilayah Irian Barat dari wilayah kesatuan Indonesia. Akibatnya, Marthen di penjara selama tiga tahun di Digul.
Marthen Indey tak putus asa berjuang. Pada tahun 1962, Marthen ikut bergerilya membantu anggota RPKAD yang didaratkan di Papua selama masa Tri Komando Rakyat (Trikora). Di tahun yang sama, Marthen menyampaikan Piagam Kota Baru yang berisi mengenai keinginan kuat penduduk Papua untuk tetap setia pada Indonesia. Marthen lalu dikirim ke New York untuk ikut melakukan perundingan tentang pengembalian Irian Barat yang selama ini berada di bawah pemerintahan sementara PBB ke dalam wilayah kesatuan Indonesia.
Melalui perundingan tersebut, Irian Barat resmi bergabung dengan wilayah kesatuan Indonesia dan berganti nama menjadi Irian Jaya. Marthen lantas menjadi anggota MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara) sejak tahun 1963 hingga 1968. Tak hanya itu, ia juga diangkat sebagal kontrolir diperbantukan pada Residen Jayapura dan berpangkat mayor tituler selama dua puluh tahun. Beliau meninggal pada usia 74 tahun.