Sri Pannavaro Mahathera
Informasi Pribadi :
Ia di kenal sebagai seorang bhikkhu dari Sangha Theravada Indonesia yang sangat dihormati dan ceramah dharmanya di sukai banyak orang.
Sebelum menjadi bhikkhu
Pada tahun 1967, Bhante Narada Mahathera datang ke Blora dan menjadi bhikkhu pertama yang dilihat oleh Husodo. Dari Bhante Narada Mahathera Husodo menjadi upasaka dengan nama Tejavanto. Husodo melihat bermacam-macam kebahagiaan yang bisa dirasakan banyak orang. Tapi toh kebahagiaan itu akhirnya selesai, tidak kekal, berubah. Pikiran seperti itu muncul dalam pemikiran Husodo, dan itulah yang mendorong timbulnya keinginan untuk menjadi bhikkhu.
Saat duduk di bangku kuliah di fakultas psikologi Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Husodo banyak bertemu dengan para bhikkhu dan membantu para bhikkhu mengetik terjemahan naskah-naskah Dhamma dari bahasa Inggris. Membantu para bhikkhu ketika memberikan latihan meditasi. Mengikuti para bhikkhu ke pelosok-pelosok daerah di Jawa Tengah untuk membabarkan Dhamma. Semuanya itu memperkuat keinginan Husodo untuk menjadi bhikkhu. Ia melihat para bhikkhu hidup sederhana. Tidak disibukkan dengan mencari materi sebagaimana layaknya masyarakat dan tidak mempunyai banyak materi. Bahkan sangat sederhana. Tetapi para bhikkhu mempunyai kehidupan yang bahagia. Dan kehidupannya juga bermanfaat bagi orang banyak, tidak hanya bagi lingkungan kecil, keluarganya sendiri, seperti para perumah tangga.
Memasuki kebhikkhuan
Pada tahun 1969 datang di Indonesia empat orang Dhammaduta dari Thailand untuk membantu mengembangkan Agama Buddha di Indonesia. Mereka adalah Ven. Phra Kru Pallad Attachariya Nukich yang kemudian memakai nama Chau Kun Vidhurdhammabhorn, Ven. Phra Kru Pallad Viriyacarya, Ven. Phra Maha Prataen Khemadas, dan Ven. Phara Maha Sujib Khemacharo.
Bhante Vidhurdhammabhorn dari Wat Bovoranives Vihara yang juga akrab di panggil bhante Wim, menjadi upajjhaya yang mentahbiskan Husodo menjadi samanera di Vihara Dharmasurya, desa Kaloran, Temanggung pada tanggal 24 November 1974. Sanamera Tejavanto kemudian tinggal di Yogyakarta. Di suatu kuti kecil di belakang rumah umat, Ibu Soepangat Prawirokoesoemo. Tanggal 2 Januari 1976, Samanera Tejavanto pindah ke Vihara Mendut, yang saat itu tanahnya masih sekitar 200 meter. Vihara Mendut adalah milik Yayasan Mendut, yang waktu itu pendiri atau pengurusnya antara lain: Ibu Soepangat, Bapak Suradji.
Setelah lebih dari 2 tahun menjadi samanera, tepatnya tanggal 21 Februari 1977, Samanera Tejavanto ditahbis menjadi bhikkhu di Wat Bovoranives Vihara, Bangkok. Upajjhaya ia adalah Y.M. Suvaddhano yang sekarang dikenal sebagai His Holiness Somdeth Phra Nyanasamvara. Ia adalah Sangharaja Thailand yang sekarang. Sebagai Kammavacariya atau Guru Penahbisan adalah Y.M. Dhammadiloka dan Anusavanacariya atau guru pembimbing adalah Y.M. Vidhurdhammabhorn
Saat ini Bhikkhu Sri Paññavaro Mahathera tinggal di Vihara Mendut, Depan Candi Mendut, Desa Mendut, Kota Mungkid, Kotakpos 111, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia 56501.
Sumber : Wikipedia
Informasi Pribadi :
- Lahir : 22 Juli 1954
- Kebangsaan : Indonesia
- Pekerjaan : Bhikkhu
Ia di kenal sebagai seorang bhikkhu dari Sangha Theravada Indonesia yang sangat dihormati dan ceramah dharmanya di sukai banyak orang.
Sebelum menjadi bhikkhu
Pada tahun 1967, Bhante Narada Mahathera datang ke Blora dan menjadi bhikkhu pertama yang dilihat oleh Husodo. Dari Bhante Narada Mahathera Husodo menjadi upasaka dengan nama Tejavanto. Husodo melihat bermacam-macam kebahagiaan yang bisa dirasakan banyak orang. Tapi toh kebahagiaan itu akhirnya selesai, tidak kekal, berubah. Pikiran seperti itu muncul dalam pemikiran Husodo, dan itulah yang mendorong timbulnya keinginan untuk menjadi bhikkhu.
Saat duduk di bangku kuliah di fakultas psikologi Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Husodo banyak bertemu dengan para bhikkhu dan membantu para bhikkhu mengetik terjemahan naskah-naskah Dhamma dari bahasa Inggris. Membantu para bhikkhu ketika memberikan latihan meditasi. Mengikuti para bhikkhu ke pelosok-pelosok daerah di Jawa Tengah untuk membabarkan Dhamma. Semuanya itu memperkuat keinginan Husodo untuk menjadi bhikkhu. Ia melihat para bhikkhu hidup sederhana. Tidak disibukkan dengan mencari materi sebagaimana layaknya masyarakat dan tidak mempunyai banyak materi. Bahkan sangat sederhana. Tetapi para bhikkhu mempunyai kehidupan yang bahagia. Dan kehidupannya juga bermanfaat bagi orang banyak, tidak hanya bagi lingkungan kecil, keluarganya sendiri, seperti para perumah tangga.
Memasuki kebhikkhuan
Pada tahun 1969 datang di Indonesia empat orang Dhammaduta dari Thailand untuk membantu mengembangkan Agama Buddha di Indonesia. Mereka adalah Ven. Phra Kru Pallad Attachariya Nukich yang kemudian memakai nama Chau Kun Vidhurdhammabhorn, Ven. Phra Kru Pallad Viriyacarya, Ven. Phra Maha Prataen Khemadas, dan Ven. Phara Maha Sujib Khemacharo.
Bhante Vidhurdhammabhorn dari Wat Bovoranives Vihara yang juga akrab di panggil bhante Wim, menjadi upajjhaya yang mentahbiskan Husodo menjadi samanera di Vihara Dharmasurya, desa Kaloran, Temanggung pada tanggal 24 November 1974. Sanamera Tejavanto kemudian tinggal di Yogyakarta. Di suatu kuti kecil di belakang rumah umat, Ibu Soepangat Prawirokoesoemo. Tanggal 2 Januari 1976, Samanera Tejavanto pindah ke Vihara Mendut, yang saat itu tanahnya masih sekitar 200 meter. Vihara Mendut adalah milik Yayasan Mendut, yang waktu itu pendiri atau pengurusnya antara lain: Ibu Soepangat, Bapak Suradji.
Setelah lebih dari 2 tahun menjadi samanera, tepatnya tanggal 21 Februari 1977, Samanera Tejavanto ditahbis menjadi bhikkhu di Wat Bovoranives Vihara, Bangkok. Upajjhaya ia adalah Y.M. Suvaddhano yang sekarang dikenal sebagai His Holiness Somdeth Phra Nyanasamvara. Ia adalah Sangharaja Thailand yang sekarang. Sebagai Kammavacariya atau Guru Penahbisan adalah Y.M. Dhammadiloka dan Anusavanacariya atau guru pembimbing adalah Y.M. Vidhurdhammabhorn
Saat ini Bhikkhu Sri Paññavaro Mahathera tinggal di Vihara Mendut, Depan Candi Mendut, Desa Mendut, Kota Mungkid, Kotakpos 111, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia 56501.
Sumber : Wikipedia