Tuanku Lintau
Tuanku Lintau adalah salah seorang panglima Kaum Padri dalam Perang Padri, yang berkedudukan di Lintau. Belum banyak diketahui data mengenai tokoh ini. Namun Tuanku Lintau memiliki hubungan kekerabatan dengan Yang Dipertuan Pagaruyung, sehingga dengan kedekatan ini, ia diminta memimpin perundingan mewakili Kaum Padri dengan Kaum Adat.
Dalam beberapa perundingan yang dilakukannya tidak ada kata sepakat antara kaum Padri dengan kaum Adat, dan seiring itu dalam beberapa nagari muncul gejolak dalam Kerajaan Pagaruyung, yang nantinya menyebabkan terbunuhnya dua orang anak Sultan Arifin Muningsyah.
Tuanku Lintau adalah salah seorang panglima Kaum Padri dalam Perang Padri, yang berkedudukan di Lintau. Belum banyak diketahui data mengenai tokoh ini. Namun Tuanku Lintau memiliki hubungan kekerabatan dengan Yang Dipertuan Pagaruyung, sehingga dengan kedekatan ini, ia diminta memimpin perundingan mewakili Kaum Padri dengan Kaum Adat.
Dalam beberapa perundingan yang dilakukannya tidak ada kata sepakat antara kaum Padri dengan kaum Adat, dan seiring itu dalam beberapa nagari muncul gejolak dalam Kerajaan Pagaruyung, yang nantinya menyebabkan terbunuhnya dua orang anak Sultan Arifin Muningsyah.
Selanjutnya Rajo Nan Baduo , bukan saja sekedar mengajak dua orang Raja yang lain untuk ikut serta , tetapi malah lebih jauh lagi dengan memaksa mereka untuk menganut ajaran baru dari kaum Paderi itu dan memerintahkan seluruh rakyat yang ada di Luhak Tanah Data semuanya untuk berpakaian jubah putih-putih sebagaimana juga diperbuat oleh rakyat Luhak Agam (Bukittinggi) yang merupakan ciri khas ke Islaman dari pakaian kaum Paderi. Ketika Tuanku Lintau pulang ke kampungnya di Lintau, beliau agak kecewa dan nampaknya beliau sendiri tidak berhasil menerapkan ajaran baru itu dikalangan masyarakat kampung halamannya itu. Bahkan banyak diantara masyarakat Lintau yang tidak berkenan dan setuju dengan paham kaum Paderi yang dianut oleh Tuan Lintau itu. Supaya ajaran baru itu bisa diterima dengan cepat oleh masyarakat, beliau lalu memberikan suatu contoh penerapan syariat Islam ditengah-tengah masyarakat dengan melakukan eksekusi hukuman pancung sampai mati ( sebagaimana juga dilakukan oleh Tuanku Nan Renceh didaerah Kamang terhadap etek (tante) nya sendiri) terhadap seorang penghulu pemangku adat yang telah tiga kali diperhatikannya setiap hari mengepit ayam jantan aduan pergi ke arena penyabungan ayam.
Nah, ini adalah contoh kedua dimana agama Islam telah dijadikan sebagai kedok atau panglima untuk menghakimi dan memaksakan keyakinan terhadap seseorang. GerakanPaderi sesungguhnya tidak lagi bertindak menurut apa yang diajarkan Al-Quran Laa ikraha fiddien Tidak ada paksaan dalam agama. Yang mana petunjuk dan juga kesesatan sedemikian jelasnya untuk diperbedakan . Pada ayat yang lain juga disebutkan bahwa Barangsiapa yang ingin beriman silakan beriman, dan barangsiapa yang ingin kafir juga silakan. Tidak ada diantara manusia ini , siapapun dia yang mendapat mandat dari Allah Taala untuk menghakimi keyakinan dan kepercayaan orang lain.