Arief Budiman
Aktivitas, pendidikan, dan karier
Sejak masa mahasiswa, Arief sudah aktif dalam kancah politik Indonesia, karena ia ikut menandatangani Manifesto Kebudayaan pada tahun 1963 yang menentang aktivitas LEKRA yang dianggap memasung kreativitas kaum seniman.
Kendati ikut melahirkan Orde Baru, Arief bersikap sangat kritis terhadap politik pemerintahan di bawah Soeharto yang memberangus oposisi dan kemudian diperparah dengan praktik-praktik korupsinya. Pada pemilu 1973, Arief dan kawan-kawannya mencetuskan apa yang disebut Golput atau Golongan Putih, sebagai tandingan Golkar yang dianggap membelokkan cita-cita awal Orde Baru untuk menciptakan pemerintahan yang demokratis.
Belakangan Arief "mengasingkan diri" di Harvard dan mengambil gelar Ph.D. dalam ilmu sosiologi serta menulis disertasi tentang keberhasilan pemerintahan sosialis Salvador Allende di Chili.
Kembali dari Harvard, Arief mengajar di UKSW (Universitas Kristen Satya Wacana) di Salatiga. Ketika UKSW dilanda kemelut yang berkepanjangan karena pemilihan rektor yang dianggap tidak adil, Arief melakukan mogok mengajar, dipecat dan akhirnya hengkang ke Australia serta menerima tawaran menjadi profesor di Universitas Melbourne.
Pada bulan Agustus 2006, ia menerima penghargaan Bakrie Award, acara tahunan yang disponsori oleh keluarga Bakrie dan Freedom Institute untuk bidang penelitian sosial.
Kehidupan pribadi
Ayahnya seorang wartawan yang bernama Soe Lie Piet. Arief menikah dengan Leila Chairani Budiman, teman kuliahnya di Fakultas Psikologi UI, yang dikenal sebagai pengasuh rubrik psikologi pada harian Kompas.
Karya Buku
"Saya terima penghargaan ini sebagai penghinaan. Saya ini orang kiri yang menolak paradigma modernisasi dan pembangunanisme, tetapi saya malah mendapatkan penghargaan dari orang kanan.", Pidatonya saat menerima penghargaan Achmad Bakrie 2006.
Pranala luar
Informasi Pribadi :
- Lahir : Soe Hok Djin , 3 Januari 1941 (umur 74)
- Tempat tinggal : Australia
- Kebangsaan : Indonesia
- Alma mater : Universitas Indonesia
- Pekerjaan : Guru Besar
- Dikenal karena : Aktivis reformasi
- Agama : Islam
- Pasangan : Leila Chairani Budiman
- Anak : Adrian, Santi
- Orang tua ; Soe Lie Piet
- Kerabat : Soe Hok Gie (saudara)
Aktivitas, pendidikan, dan karier
Sejak masa mahasiswa, Arief sudah aktif dalam kancah politik Indonesia, karena ia ikut menandatangani Manifesto Kebudayaan pada tahun 1963 yang menentang aktivitas LEKRA yang dianggap memasung kreativitas kaum seniman.
Kendati ikut melahirkan Orde Baru, Arief bersikap sangat kritis terhadap politik pemerintahan di bawah Soeharto yang memberangus oposisi dan kemudian diperparah dengan praktik-praktik korupsinya. Pada pemilu 1973, Arief dan kawan-kawannya mencetuskan apa yang disebut Golput atau Golongan Putih, sebagai tandingan Golkar yang dianggap membelokkan cita-cita awal Orde Baru untuk menciptakan pemerintahan yang demokratis.
Belakangan Arief "mengasingkan diri" di Harvard dan mengambil gelar Ph.D. dalam ilmu sosiologi serta menulis disertasi tentang keberhasilan pemerintahan sosialis Salvador Allende di Chili.
Kembali dari Harvard, Arief mengajar di UKSW (Universitas Kristen Satya Wacana) di Salatiga. Ketika UKSW dilanda kemelut yang berkepanjangan karena pemilihan rektor yang dianggap tidak adil, Arief melakukan mogok mengajar, dipecat dan akhirnya hengkang ke Australia serta menerima tawaran menjadi profesor di Universitas Melbourne.
Pada bulan Agustus 2006, ia menerima penghargaan Bakrie Award, acara tahunan yang disponsori oleh keluarga Bakrie dan Freedom Institute untuk bidang penelitian sosial.
Kehidupan pribadi
Ayahnya seorang wartawan yang bernama Soe Lie Piet. Arief menikah dengan Leila Chairani Budiman, teman kuliahnya di Fakultas Psikologi UI, yang dikenal sebagai pengasuh rubrik psikologi pada harian Kompas.
Karya Buku
- Sebuah Pertemuan (Esei mengenai Chairil Anwar, skripsi sarjana psikologi UI)
- Esei mengenai Sastra Kontekstual
- Chili di bawah pemerintahan Salvador Allende (Desertasi untuk gelar Doktor sosiologi pada Universitas Harvard)
"Saya terima penghargaan ini sebagai penghinaan. Saya ini orang kiri yang menolak paradigma modernisasi dan pembangunanisme, tetapi saya malah mendapatkan penghargaan dari orang kanan.", Pidatonya saat menerima penghargaan Achmad Bakrie 2006.
Pranala luar