Nasroel Chas
Informasi Pribadi :
Latar belakang
Nasroel merupakan putra Minangkabau yang lahir dari pasangan Haji Datuk Bagaduk dan Hj. Syamsidar. Dia merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara. Setelah menamatkan SMA di Payakumbuh, dia merantau ke Jakarta, dan meneruskan pendidikan ke Akademi Teknik Nasional (ATN – sekarang Institut Sains dan Teknologi). Setelah tamat pada tahun 1968, Nasroel bekerja di perusahaan Jepang, Tasho Sangyo, yang bergerak di bidang real estat dan properti. Pada tahun 1969–1970, dia disekolahkan di Waseda University, Tokyo, Jepang, dan memperoleh gelar Gishi (ahli manajemen properti).
Bisnis
Nasroel memulai bisnis pada tahun 1974, dengan mendirikan perusahaan kontraktor yang bernama PT. Takarin. Namun perusahaan pertama ini ambruk akibat Kenop 15 (Kebijaksanaan Devaluasi Nopember 1978). Pada saat itu, ia tengah mengerjakan Gedung Ratu Plaza, sebagai salah satu sub-kontraktornya. Akibat devaluasi, harga barang-barang naik, sementara nilai pekerjaan kontrak tetap. Untuk menyelesaikan kontrak, Nasroel Chas terbelit hutang di Bank Tamara sebanyak Rp 32 juta. Meski telah menyerahkan semua hartanya kepada bank tersebut, ia juga belum mampu melunasi hutang-hutangnya. Karena integritasnya, maka Bank Tamara memberikan suntikan dana untuk menyelesaikan proyek Ratu Plaza. Akibat dari suntikan dana tersebut, Nasroel mendapatkan keuntungan lebih dari Rp 32 juta.
Lepas dari proyek Ratu Plaza, Tamara Grup mengajaknya berpatungan. Pada tahun 1979 dibuatlah perusahaan PT. Takarin Tamara, dimana Nasroel sebagai pengelolanya. Di perusahaan inilah bintang Nasroel bersinar terang. Ia bahkan masuk ke jajaran konglomerat yang memiliki usaha di bisnis perbankan dan real estat. Nasroel menjadi President Direktur Tamara Grup dan melepaskan jabatannya pada tahun 1988. Nasroel Chas kemudian menggeluti bisnis perhotelan dan properti di bawah bendera PT Pusako Tarinka.Melalui perusahaan tersebut, ia membangun beberapa hotel di Bali dan Sumatera Barat. Antara lain Kartika Plaza Beach Hotel, Bali Resort Palace Hotel, Hotel Pusako, dan Pusako Sikuai Island Resort, serta pusat kebudayaan Pusako Rumah Godang Cultural Center dan Pusako Minang Tour & Travel.
Pada tahun 1991, ia menggagas pembangunan Sudirman Central Business District (SCBD) di kawasan Senayan, Jakarta. SCBD merupakan superblok pertama dan terbesar di Indonesia, yang menyerap investasi sebesar Rp 7,5 trilyun. Untuk itu maka Nasroel mendirikan PT. Danayasa Arthatama, dimana ia menjabat sebagai Presiden Direktur.
Bersama Abdul Latief, Is Anwar Datuk Rajo Perak, Basrizal Koto, dan Fahmi Idris, Nasroel mendirikan perusahaan joint venture Nagari Development Corporation (NDC). Sejak Abdul Latief diangkat menjadi Menteri Tenaga Kerja dalam Kabinet Soeharto, Nasroel dipilih menggantikannya sebagai Direktur Utama PT. NDC.
Selain berbisnis, Nasroel juga aktif di berbagai kegiatan sosial dan sebagai anggota MPR-RI (1997-2002) dan DPR-RI (1997-2002) dari utusan daerah.
Sumber : Wikipedia
Informasi Pribadi :
- Tanggal lahir : 16 Agustus 1943 Sumatera Barat
- Meninggal : 25 Maret 2008 (umur 64) Bogor
- Kebangsaan : Indonesia
- Alma mater : - Waseda University, Tokyo, Jepang, - Akademi Teknik Nasional
- Pekerjaan : Pengusaha
- Agama : Islam
- Orang tua : Haji Datuk Bagaduk (ayah), Hj. Syamsidar (ibu)
Latar belakang
Nasroel merupakan putra Minangkabau yang lahir dari pasangan Haji Datuk Bagaduk dan Hj. Syamsidar. Dia merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara. Setelah menamatkan SMA di Payakumbuh, dia merantau ke Jakarta, dan meneruskan pendidikan ke Akademi Teknik Nasional (ATN – sekarang Institut Sains dan Teknologi). Setelah tamat pada tahun 1968, Nasroel bekerja di perusahaan Jepang, Tasho Sangyo, yang bergerak di bidang real estat dan properti. Pada tahun 1969–1970, dia disekolahkan di Waseda University, Tokyo, Jepang, dan memperoleh gelar Gishi (ahli manajemen properti).
Bisnis
Nasroel memulai bisnis pada tahun 1974, dengan mendirikan perusahaan kontraktor yang bernama PT. Takarin. Namun perusahaan pertama ini ambruk akibat Kenop 15 (Kebijaksanaan Devaluasi Nopember 1978). Pada saat itu, ia tengah mengerjakan Gedung Ratu Plaza, sebagai salah satu sub-kontraktornya. Akibat devaluasi, harga barang-barang naik, sementara nilai pekerjaan kontrak tetap. Untuk menyelesaikan kontrak, Nasroel Chas terbelit hutang di Bank Tamara sebanyak Rp 32 juta. Meski telah menyerahkan semua hartanya kepada bank tersebut, ia juga belum mampu melunasi hutang-hutangnya. Karena integritasnya, maka Bank Tamara memberikan suntikan dana untuk menyelesaikan proyek Ratu Plaza. Akibat dari suntikan dana tersebut, Nasroel mendapatkan keuntungan lebih dari Rp 32 juta.
Lepas dari proyek Ratu Plaza, Tamara Grup mengajaknya berpatungan. Pada tahun 1979 dibuatlah perusahaan PT. Takarin Tamara, dimana Nasroel sebagai pengelolanya. Di perusahaan inilah bintang Nasroel bersinar terang. Ia bahkan masuk ke jajaran konglomerat yang memiliki usaha di bisnis perbankan dan real estat. Nasroel menjadi President Direktur Tamara Grup dan melepaskan jabatannya pada tahun 1988. Nasroel Chas kemudian menggeluti bisnis perhotelan dan properti di bawah bendera PT Pusako Tarinka.Melalui perusahaan tersebut, ia membangun beberapa hotel di Bali dan Sumatera Barat. Antara lain Kartika Plaza Beach Hotel, Bali Resort Palace Hotel, Hotel Pusako, dan Pusako Sikuai Island Resort, serta pusat kebudayaan Pusako Rumah Godang Cultural Center dan Pusako Minang Tour & Travel.
Pada tahun 1991, ia menggagas pembangunan Sudirman Central Business District (SCBD) di kawasan Senayan, Jakarta. SCBD merupakan superblok pertama dan terbesar di Indonesia, yang menyerap investasi sebesar Rp 7,5 trilyun. Untuk itu maka Nasroel mendirikan PT. Danayasa Arthatama, dimana ia menjabat sebagai Presiden Direktur.
Bersama Abdul Latief, Is Anwar Datuk Rajo Perak, Basrizal Koto, dan Fahmi Idris, Nasroel mendirikan perusahaan joint venture Nagari Development Corporation (NDC). Sejak Abdul Latief diangkat menjadi Menteri Tenaga Kerja dalam Kabinet Soeharto, Nasroel dipilih menggantikannya sebagai Direktur Utama PT. NDC.
Selain berbisnis, Nasroel juga aktif di berbagai kegiatan sosial dan sebagai anggota MPR-RI (1997-2002) dan DPR-RI (1997-2002) dari utusan daerah.
Sumber : Wikipedia