Museum Harry Darsono
Di salah satu sudut Jakarta Selatan, terhimpun banyak cerita dari berbagai belahan dunia. Semuanya terkumpul dalam Museum Harry Darsono di kawasan Cilandak. Museum yang dibangun sejak 1996 itu dipenuhi 4.616 karya yang Harry kumpulkan selama 30 tahun.
Di dalam rumah mewah berdesain barok tersebut, Harry yang juga dikenal sebagai perancang busana, memamerkan ribuan koleksinya. Mulai dari pakaian para ratu dari berbagai belahan dunia, salah satu surat milik Albert Einstein, meja tulis dari pengarang ternama Ernest He mingway, hingga topeng yang digunakan untuk pertunjukan teater Phantom of the Opera.
Sebagai perancang busana, Harry memang telah melanglang buana. Kedekatan personal antara keluarganya dengan Barbara Cartland dan Putri Diana membuat ia sering diminta sang Putri mendesain baju untuk berbagai acara kenegaraan.
Menurut Harry, koleksi museum yang ia miliki tak hanya terdiri dari pakaian adibusana, tapi juga lukisan sutra, sulaman, kostum panggung hingga desain perhiasan dan interior. Semua itu adalah hasil kreasi pria yang memiliki keistimewaan sebagai penderita attention deficit hyperactivity disorder(ADHD). Ia juga sosok yang mampu melihat jauh ke depan. Rumah mewah yang ia dirikan untuk museum ini salah satu buktinya. Rumah ini telah ia lihat bentuk dan detailnya bah kan sejak ia masih anakanak.
Jika melangkah ke dalam, para pengunjung dapat menyaksikan berbagai ko leksi Harry. Misalnya, kostum panggung yang mayoritas terbuat dari sutra bergaya klasik dan kontemporer. Koleksi tersebut pernah di pentaskan secara internasional, di antaranya jubah raja dan ratu dalam pertunjukan King and Queen of Bri tain. Ada juga jubah runcing dalam per gelaran Romeo and Juliet hingga pakaian perang dalam pementasan Julius Caesar.
Dari berbagai koleksi yang ia miliki, sebagian memang berasal dari karyanya sen diri. Tetapi, bukan berarti dapat ia miliki dengan mudah. Sebagian karyanya ada yang harus ia buru di Balai Lelang Chris tie karena telah dijual oleh pemiliknya.
Salah satu koleksi termahal yang ia miliki adalah mahkota Putri Diana yang harus ia tebus dengan menjual dua buah mobil sport. Tak hanya satu, Harry memiliki tiga mahkota dari Putri Diana yang ia pajang di salah satu sudut museumnya.
Istimewanya, berbeda dengan museum lainnya yang menempatkan berbagai koleksi berharga hanya untuk dipandang. Harry mempersilakan tamu yang datang mencoba dan berpose dengan salah satu mahkota mendiang Diana.
Tak hanya dekat dengan Putri Diana, Harry juga pernah membuatkan baju untuk Putri Sirikit dari Thailand dan Ratu Rania dari Yordania. Biasanya, kata dia, untuk meminta kembali baju karyanya lalu disimpan di museum, Harry tak jarang harus menukar baju yang ia inginkan dengan beberapa baju lain yang juga ia rancang.
Kedekatannya dengan para bangsawan dan orang ternama di dunia tak terlepas dari kecerdikannya. Dulu, ia sempat ma gang di butik milik desainer sekelas Gior gio Armani dan Kenzo. "Waktu itu, ja rang ada butik yang menyiapkan baju jadi. Tapi, pelanggan harus mengukur dulu," kata Harry. Dan semua catatan ukuran beserta datadata para pelanggan pun rapi ia simpan.
Tak lupa, Harry menyelipkan inisial HDC sebagai simbol dari Harry Darsono Couture di bagian dalam baju yang ia kerjakan.
Dari situ, para bangsawan mulai mengenal dirinya. Harry muda yang awalnya ma gang tanpa bayaran tersebut pun mulai men dapatkan jalannya sendiri untuk berkarier.
Sosok yang unik
Selaras dengan koleksinya yang mam pu membuat orang terpana, Harry adalah sosok yang juga luar biasa. Lahir di keluarga besar, ia sempat akan digu gurkan oleh sang bunda. Tapi, hidup memang memiliki kehendaknya sendiri. Harry tetap terlahir dengan kadar alkaline atau listrik yang tinggi. Hal ini membuatnya hanya perlu waktu tidur selama satu hingga dua jam setiap hari.
Sisa waktu yang ada pun kerap ia gunakan untuk memintal benang yang akan ia gunakan untuk baju mahakarya miliknya.
"Bedanya, benang yang dipintal sendiri ada lah ia tidak akan kusut meski diremas," ujar pria yang juga pernah tinggal di Prancis ini.
Mesin pintal benang memiliki arti penting bagi Harry. Sebagai penderita ADHD, Harry sempat mengalami kesulitan bicara hingga ia berusia 2 tahun.
Pertemuannya dengan kepompong sutra ketika ia berusia sembilan tahun dan tinggal bersama sang paman di Prancis mengubah hidupnya. "Saya nakal, mengalami kesulitan bicara, dan tidak bisa diam. Tapi, ketika memegang kepompong sutra, saya diam terpaku selama empat menit," kenangnya.
Dari situ, Harry melanjutkan, memintal benang menjadi salah satu terapi bicara yang ia lakukan hingga bertahun-tahun kemudian. Menurut Harry, untuk membuat satu buah karya, ia bisa menghabiskan jutaan pintal benang.
Salah satu karya yang ia buat, bahkan terbuat dari 22 juta pintal benang. Dari semua koleksi yang ada, kata dia, tak ada yang dibuat dengan benang hasil pintalan pabrik.
Berkat kadar alkalin yang tinggi di tubuhnya, membuat Harry yang ketika kuliah mengambil empat jurusan sekaligus ini semakin bertambah istimewa ka rena wajahnya bisa berubah-ubah. "Ting kat regenerasi sel di diri saya berbeda dengan orang pada umumnya. Wajah saya pun bisa terlihat lebih muda dibanding beberapa tahun sebelumnya," ungkap pria yang kini berusia 63 tahun ini.
Agar Nyaman, Perhatikan Aturannya
Museum ini merupakan museum eksklusif milik pribadi perancang Harry Darsono.Berbeda dengan museum pada umumnya, biaya untuk berkunjung ke museum yang satu ini terbilang mahal, yaitu sekitar Rp 185 ribu.
Menurut Harry, salah satu penyebab mahalnya biaya berkunjung adalah dana ini ia kumpulkan untuk disalurkan ke beberapa yayasan yang dikelolanya.
Tapi, meski harganya mahal, ia telah menyiapkan cenderamata khusus yang bisa dibawa pulang oleh para tamu yang berkunjung ke museumnya.
Museum ini juga memberlakukan atur an yang ketat bagi para pengunjung yang datang menikmati kunjungan. Misalnya, kita harus datang 15 menit sebelum dimulainya tur, yang biasanya dimulai pada pukul sembilan pagi. Ada pula dalam aturan mengenai busana berkunjung. Pengunjung diminta berpakaian santai warna polos, tanpa motif.
Dengan alasan keamanan, pengunjung juga dilarang berkomunikasi dengan dunia luar selama kunjungan.
"Kondisi saya yang ADHD juga membuat saya kesulitan berkonsentrasi ketika orang lebih terfokus pada gadget-nya,"
ungkap Harry.
Museum Harry Darsono
Di salah satu sudut Jakarta Selatan, terhimpun banyak cerita dari berbagai belahan dunia. Semuanya terkumpul dalam Museum Harry Darsono di kawasan Cilandak. Museum yang dibangun sejak 1996 itu dipenuhi 4.616 karya yang Harry kumpulkan selama 30 tahun.
Di dalam rumah mewah berdesain barok tersebut, Harry yang juga dikenal sebagai perancang busana, memamerkan ribuan koleksinya. Mulai dari pakaian para ratu dari berbagai belahan dunia, salah satu surat milik Albert Einstein, meja tulis dari pengarang ternama Ernest He mingway, hingga topeng yang digunakan untuk pertunjukan teater Phantom of the Opera.
Sebagai perancang busana, Harry memang telah melanglang buana. Kedekatan personal antara keluarganya dengan Barbara Cartland dan Putri Diana membuat ia sering diminta sang Putri mendesain baju untuk berbagai acara kenegaraan.
Menurut Harry, koleksi museum yang ia miliki tak hanya terdiri dari pakaian adibusana, tapi juga lukisan sutra, sulaman, kostum panggung hingga desain perhiasan dan interior. Semua itu adalah hasil kreasi pria yang memiliki keistimewaan sebagai penderita attention deficit hyperactivity disorder(ADHD). Ia juga sosok yang mampu melihat jauh ke depan. Rumah mewah yang ia dirikan untuk museum ini salah satu buktinya. Rumah ini telah ia lihat bentuk dan detailnya bah kan sejak ia masih anakanak.
Jika melangkah ke dalam, para pengunjung dapat menyaksikan berbagai ko leksi Harry. Misalnya, kostum panggung yang mayoritas terbuat dari sutra bergaya klasik dan kontemporer. Koleksi tersebut pernah di pentaskan secara internasional, di antaranya jubah raja dan ratu dalam pertunjukan King and Queen of Bri tain. Ada juga jubah runcing dalam per gelaran Romeo and Juliet hingga pakaian perang dalam pementasan Julius Caesar.
Dari berbagai koleksi yang ia miliki, sebagian memang berasal dari karyanya sen diri. Tetapi, bukan berarti dapat ia miliki dengan mudah. Sebagian karyanya ada yang harus ia buru di Balai Lelang Chris tie karena telah dijual oleh pemiliknya.
Salah satu koleksi termahal yang ia miliki adalah mahkota Putri Diana yang harus ia tebus dengan menjual dua buah mobil sport. Tak hanya satu, Harry memiliki tiga mahkota dari Putri Diana yang ia pajang di salah satu sudut museumnya.
Istimewanya, berbeda dengan museum lainnya yang menempatkan berbagai koleksi berharga hanya untuk dipandang. Harry mempersilakan tamu yang datang mencoba dan berpose dengan salah satu mahkota mendiang Diana.
Tak hanya dekat dengan Putri Diana, Harry juga pernah membuatkan baju untuk Putri Sirikit dari Thailand dan Ratu Rania dari Yordania. Biasanya, kata dia, untuk meminta kembali baju karyanya lalu disimpan di museum, Harry tak jarang harus menukar baju yang ia inginkan dengan beberapa baju lain yang juga ia rancang.
Kedekatannya dengan para bangsawan dan orang ternama di dunia tak terlepas dari kecerdikannya. Dulu, ia sempat ma gang di butik milik desainer sekelas Gior gio Armani dan Kenzo. "Waktu itu, ja rang ada butik yang menyiapkan baju jadi. Tapi, pelanggan harus mengukur dulu," kata Harry. Dan semua catatan ukuran beserta datadata para pelanggan pun rapi ia simpan.
Tak lupa, Harry menyelipkan inisial HDC sebagai simbol dari Harry Darsono Couture di bagian dalam baju yang ia kerjakan.
Dari situ, para bangsawan mulai mengenal dirinya. Harry muda yang awalnya ma gang tanpa bayaran tersebut pun mulai men dapatkan jalannya sendiri untuk berkarier.
Sosok yang unik
Selaras dengan koleksinya yang mam pu membuat orang terpana, Harry adalah sosok yang juga luar biasa. Lahir di keluarga besar, ia sempat akan digu gurkan oleh sang bunda. Tapi, hidup memang memiliki kehendaknya sendiri. Harry tetap terlahir dengan kadar alkaline atau listrik yang tinggi. Hal ini membuatnya hanya perlu waktu tidur selama satu hingga dua jam setiap hari.
Sisa waktu yang ada pun kerap ia gunakan untuk memintal benang yang akan ia gunakan untuk baju mahakarya miliknya.
"Bedanya, benang yang dipintal sendiri ada lah ia tidak akan kusut meski diremas," ujar pria yang juga pernah tinggal di Prancis ini.
Mesin pintal benang memiliki arti penting bagi Harry. Sebagai penderita ADHD, Harry sempat mengalami kesulitan bicara hingga ia berusia 2 tahun.
Pertemuannya dengan kepompong sutra ketika ia berusia sembilan tahun dan tinggal bersama sang paman di Prancis mengubah hidupnya. "Saya nakal, mengalami kesulitan bicara, dan tidak bisa diam. Tapi, ketika memegang kepompong sutra, saya diam terpaku selama empat menit," kenangnya.
Dari situ, Harry melanjutkan, memintal benang menjadi salah satu terapi bicara yang ia lakukan hingga bertahun-tahun kemudian. Menurut Harry, untuk membuat satu buah karya, ia bisa menghabiskan jutaan pintal benang.
Salah satu karya yang ia buat, bahkan terbuat dari 22 juta pintal benang. Dari semua koleksi yang ada, kata dia, tak ada yang dibuat dengan benang hasil pintalan pabrik.
Berkat kadar alkalin yang tinggi di tubuhnya, membuat Harry yang ketika kuliah mengambil empat jurusan sekaligus ini semakin bertambah istimewa ka rena wajahnya bisa berubah-ubah. "Ting kat regenerasi sel di diri saya berbeda dengan orang pada umumnya. Wajah saya pun bisa terlihat lebih muda dibanding beberapa tahun sebelumnya," ungkap pria yang kini berusia 63 tahun ini.
Agar Nyaman, Perhatikan Aturannya
Museum ini merupakan museum eksklusif milik pribadi perancang Harry Darsono.Berbeda dengan museum pada umumnya, biaya untuk berkunjung ke museum yang satu ini terbilang mahal, yaitu sekitar Rp 185 ribu.
Menurut Harry, salah satu penyebab mahalnya biaya berkunjung adalah dana ini ia kumpulkan untuk disalurkan ke beberapa yayasan yang dikelolanya.
Tapi, meski harganya mahal, ia telah menyiapkan cenderamata khusus yang bisa dibawa pulang oleh para tamu yang berkunjung ke museumnya.
Museum ini juga memberlakukan atur an yang ketat bagi para pengunjung yang datang menikmati kunjungan. Misalnya, kita harus datang 15 menit sebelum dimulainya tur, yang biasanya dimulai pada pukul sembilan pagi. Ada pula dalam aturan mengenai busana berkunjung. Pengunjung diminta berpakaian santai warna polos, tanpa motif.
Dengan alasan keamanan, pengunjung juga dilarang berkomunikasi dengan dunia luar selama kunjungan.
"Kondisi saya yang ADHD juga membuat saya kesulitan berkonsentrasi ketika orang lebih terfokus pada gadget-nya,"
ungkap Harry.
Museum Harry Darsono
- Lokasi: Jl Cilandak Tengah No 71 Cilandak Barat, Cilandak, Jakarta Selatan.
- Telepon :(021) 7668553, 7668554,
- E-mail: hdc71@cbn.net.id
- Jam buka: Senin-Jumat, pukul 10.00-12.30 dan pukul 14.00-16.30 (dengan perjanjian).