Sandiah atau lebih dikenal dengan nama Ibu Kasur | Tokoh Inspiratif

Sandiah atau lebih dikenal dengan nama Ibu Kasur

Gambar Stamps_of_IndonesiaIbu Kasur
Informasi Pribadi :
  • Nama lahir : Sandiah
  • Tanggal lahir : 16 Januari 1926 Belanda Batavia, Hindia Belanda
  • Meninggal : 22 Oktober 2002 (umur 76) Jakarta, Indonesia
  • Kebangsaan : Indonesia
  • Nama lain : Ibu Kasur
  • Pasangan : Soerjono
  • Anak : Sursantio, Suryaningdiah, Suryo Prabowo, Suryo Prasojo, dan Suryo Pranoto.
Sandiah atau lebih dikenal dengan nama Ibu Kasur (lahir di Batavia, Hindia Belanda, 16 Januari 1926 – meninggal di Jakarta, Indonesia, 22 Oktober 2002 pada umur 76 tahun) adalah pembawa acara Taman Indria di TVRI dan juga pendiri TK Mini di Jakarta.

Ia mendapat julukan Ibu Kasur karena suaminya, Soerjono, dipanggil Pak Kasur. Ia dan suaminya bertemu karena sama-sama anggota Kepanduan Indonesia. Mereka menikah di Yogyakarta pada tanggal 29 Juli 1946.

Beberapa lulusan TK Mini yang terkenal adalah mantan presiden Megawati Soekarnoputri, Guruh Soekarnoputra, Hayono Isman dan Ateng. TK ini didirikan pada tahun 1965.

Meninggal
Jenazah almarhumah disemayamkan di rumah duka, Jalan Cikini V, Jakarta Pusat. Rumah yang didiami Ibu Kasur tersebut sekaligus menjadi Taman Kanak-kanak (TK) Mini Pak Kasur yang dikelola almarhumah sejak tahun 1968 bersama Pak Kasur-yang meninggal pada tahun 1992. Dikebumikan di Kaliori, Purwokerto, Jawa Tengah, Rabu 23/10/02. Almarhumah mengidap penyakit gula dan darah tinggi.

Sampai menjelang akhir hayat, Ibu Kasur selalu ingin mendidik anak-anak. Meski belakangan tidak lagi langsung mengajar, namun masih selalu secara rutin mengunjungi TK Mini Pak Kasur. Ia selalu akrab dengan anak-anak. Selalu mengajak tos kepada anak-anak untuk memberi salam.

Kamis sepekan sebelum meninggal, Ibu Kasur masih menemani anak-anak dari lima cabang TK Mini Pak Kasur bertamasya ke Taman Safari, Cisarua, Jawa Barat. Ia masih tampak berseri-seri mengikuti acara dan sempat berfoto bersama, meski harus duduk di kursi roda. Ia terlihat gembira dengan wajah cerah. Sama sekali tidak terlihat lelah.

Besoknya, Jumat siang, masih mengikuti acara presentasi produk obat dengan tema "Sehat di Hari Tua" di Hotel Ambhara Jakarta. Minggu malam, juga masih menghadiri perjamuan perkawinan
Guruh Soekarnoputra-Sabina.

Sebagian besar hidup tokoh pendidikan anak kelahiran Jakarta 16 Januari 1926 ini tercurah pada anak-anak. Selain mencipta lagu dan tampil di berbagai panggung acara televisi dan siaran radio, ia juga mengelola lima Taman Kanak-kanak "Mini" Pak Kasur yang berlokasi di kawasan Cikini (sekaligus rumah tinggal Bu Kasur), Cipinang Indah, Pasarminggu, Kemang Pratama di Jakarta, dan Banjar Tangerang.

Sudah banyak alumninya yang sudah menjadi orang besar. Diantaranya Presiden Megawati, Guruh dan Hayono Isman (mantan Menpora) serta Ateng (pelawak). Juga hampir seluruh cucu bahkan cicit H.M.
Soeharto, mantan presiden, sekolah di TK Mini Pak Kasur.

TK Mini berdiri sejak 1965 setelah Pak Kasur bersama keluarganya pindah ke Jakarta dari Bandung. Pada 1968 Pak Kasur purnakarya dari Depdikbud dalam kapasitasnya sebagai anggota Badan Sensor Film (BSF), Semula TK itu berada di rumahnya di Jln. H.
Agus Salim dengan Taman Kanak-kanak, Taman Putera, dan Taman Pemuda. Namun, Taman Putera dan Taman Pemuda tidak dikembangkan, bahkan ditutup. Untuk menampung anak-anak dari berbagai kelompok umur, TK Mini dibagi dalam tiga jenjang, yaitu "Parkit" untuk anak usia tiga tahun, "Kutilang" untuk anak empat tahun, dan "Cendrawasih" untuk anak lima tahun.

Bu Kasur tidak menganal kata bosan berkecimpung dalam dunia pendidikan dasar anak-anak. Menurutnya, ada kenikmatan tersendiri ketika mengamati bagaimana anak-anak itu berkembang dari hari ke hari. Kelucuan, kepolosan anak-anak membuatnya lebih 'hidup'.

Ada dinamika yang membuat dirinya bertambah 'kaya'. Seminggu sekali diadakan semacam upacara bendera untuk memperkenalkan anak pada lambang negara. Suatu kali ada seorang murid TK yang terlambat mengikuti upacara. Si anak tidak mau bergabung dan minta pulang karena terlambat. Tapi ibunya memaksa sampai anak itu menangis. Usut punya usut ia terlambat karena mobil harus mengantar ayahnya dulu ke kantor. "Lalu saya bilang pada si ibu, sifat malu datang terlambat itu mestinya dipelihara. Usul saya biar nanti tidak terlambat, si anak didrop lebih dulu, baru bapaknya. Bapaknya 'kan tidak menangis kalau terlambat masuk kantor? He-he-he ...," ceritanya.

Tidak jarang Bu Kasur mendapatkan persepsi keliru dari orang tua murid tentang cara dia mengajar. Suatu ketika, di lantai kelas ia menebarkan permen dengan perintah agar anak-anak memunguti permen itu sebanyak-banyaknya. Anak-anak pun kontan berebut. "Tahu-tahu ada ibu yang menunggui anaknya sekolah nyeletuk, 'Jangan ikut rebutan permen itu, nanti pulang sekolah ibu belikan coklat.'