Djohan Sjahroezah
Informasi Pribadi :
Riwayat
Djohan Sjahroezah melalui masa pendidikannya di Medan (ELS), Bandung (MULO), Jakarta (AMS), serta mengikuti macam-macam kursus mandiri yang diselenggarakan oleh Golongan Merdeka di berbagai kota.
Ketika menjadi aktivis PPPI, ia menulis artikel di majalah Indonesia Raya yang mengecam keras kerja sama dengan Belanda. Akibatnya ia ditangkap dengan tuduhan menghasut untuk berbuat kekacauan. Ia diadili dan dihukum penjara selama 1,5 tahun di penjara Sukamiskin, Bandung. Selepas dari penjara, ia menjalin pergerakan dengan teman-temannya yang tidak dibuang ke Digul untuk melanjutkan PNI-Pendidikan.
Pada tahun 1937, bersama Mr. Soemanang, Adam Malik dan Pandoe Kartawiguna mendirikan KB Antara yang kelak menjadi kantor berita nasional hingga sekarang, di mana Mr. Soemanang menjadi Direktur, Adam Malik sebagai Redaktur merangkap Wakil Direktur, dan Pandoe Kartawiguna sebagai Administratur. Tahun 1941 diutus oleh Mr. Soemanang bersama Adam Malik ke rumah Sugondo Djojopuspito (Tjioedjoengweg - Jl. Telukbetung belakang HI) agar Sugondo bersedia menjadi Direktur KB Antara, sedangkan Adam Malik tetap sebagai Redaktur/Wakil Direktur.
Pada masa pendudukan Jepang, ia mendirikan beberapa serikat buruh, terutama di industri perminyakan.Setelah kemerdekaan, bersama Sutan Sjahrir ia membentuk Paras dan Parsi yang kemudian bergabung menjadi Partai Sosialis Indonesia. Dalam partai tersebut ia duduk sebagai sekretaris jenderal, dan mewakili partai dalam parlemen.
Pada tahun 1960, PSI dibubarkan dan beberapa pimpinannya dipenjarakan. Disaat otoriterisme Soekarno merajalela, PSI dibawah komandonya tetap menjadi organ politik yang kritis dan diperhitungkan. Djohan merupakan pribadi yang cukup pandai dalam membaca situasi, baik pada masa penjajahan Belanda, Jepang, maupun Orde Lama. Dia merupakan pemimpin yang mengakar kepada rakyatnya, dan dihormati baik oleh kawan maupun lawan.
Keluarga
Djohan merupakan putra Minangkabau asal Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat. Istrinya, Violet Hanifah (Yoyet) yang dinikahinya pada tahun 1937 adalah putri Haji Agus Salim. Darinya ia dikaruniai lima orang putra dan putri. Djohan juga merupakan kemenakan Sutan Sjahrir.
Sumber : Wikipedia
Informasi Pribadi :
- Tanggal lahir : 1912
- Meninggal : 2 Agustus 1968 (umur 56)
- Kebangsaan : Bendera Indonesia Indonesia
- Pekerjaan : Pejuang Kemerdekaan
- Dikenal karena : Tokoh Partai Sosialis Indonesia
- Agama : Islam
- Pasangan : Violet Hanifah (Yoyet)
Riwayat
Djohan Sjahroezah melalui masa pendidikannya di Medan (ELS), Bandung (MULO), Jakarta (AMS), serta mengikuti macam-macam kursus mandiri yang diselenggarakan oleh Golongan Merdeka di berbagai kota.
Ketika menjadi aktivis PPPI, ia menulis artikel di majalah Indonesia Raya yang mengecam keras kerja sama dengan Belanda. Akibatnya ia ditangkap dengan tuduhan menghasut untuk berbuat kekacauan. Ia diadili dan dihukum penjara selama 1,5 tahun di penjara Sukamiskin, Bandung. Selepas dari penjara, ia menjalin pergerakan dengan teman-temannya yang tidak dibuang ke Digul untuk melanjutkan PNI-Pendidikan.
Pada tahun 1937, bersama Mr. Soemanang, Adam Malik dan Pandoe Kartawiguna mendirikan KB Antara yang kelak menjadi kantor berita nasional hingga sekarang, di mana Mr. Soemanang menjadi Direktur, Adam Malik sebagai Redaktur merangkap Wakil Direktur, dan Pandoe Kartawiguna sebagai Administratur. Tahun 1941 diutus oleh Mr. Soemanang bersama Adam Malik ke rumah Sugondo Djojopuspito (Tjioedjoengweg - Jl. Telukbetung belakang HI) agar Sugondo bersedia menjadi Direktur KB Antara, sedangkan Adam Malik tetap sebagai Redaktur/Wakil Direktur.
Pada masa pendudukan Jepang, ia mendirikan beberapa serikat buruh, terutama di industri perminyakan.Setelah kemerdekaan, bersama Sutan Sjahrir ia membentuk Paras dan Parsi yang kemudian bergabung menjadi Partai Sosialis Indonesia. Dalam partai tersebut ia duduk sebagai sekretaris jenderal, dan mewakili partai dalam parlemen.
Pada tahun 1960, PSI dibubarkan dan beberapa pimpinannya dipenjarakan. Disaat otoriterisme Soekarno merajalela, PSI dibawah komandonya tetap menjadi organ politik yang kritis dan diperhitungkan. Djohan merupakan pribadi yang cukup pandai dalam membaca situasi, baik pada masa penjajahan Belanda, Jepang, maupun Orde Lama. Dia merupakan pemimpin yang mengakar kepada rakyatnya, dan dihormati baik oleh kawan maupun lawan.
Keluarga
Djohan merupakan putra Minangkabau asal Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat. Istrinya, Violet Hanifah (Yoyet) yang dinikahinya pada tahun 1937 adalah putri Haji Agus Salim. Darinya ia dikaruniai lima orang putra dan putri. Djohan juga merupakan kemenakan Sutan Sjahrir.
Sumber : Wikipedia